Selasa, 15 November 2016

Risiko Audit (berbasis ISA)


Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Tujuan audit adalah menekan risiko audit ini ke tingkat yang rendah yang dapat diterima auditor, namun auditor tidak dapat menekan risiko audit ke titik nol (0).


Untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus: (1) menilai risiko salah saji yang material dan (2) menekan risiko pendeteksian.

Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali auditor. Auditor harus melakukan penilaian risiko (risk assessment) untuk menentukan risiko salah saji material dalam laporan keuangan, langkah berikutnya auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap risiko yang dinilainya (assessed risk of material misstatement) atau dapat juga disebut “menekan risiko pendeteksian”.

Risiko yang dinilai auditor mengenai salah saji material, adalah risiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi (untuk jenis transaksi, saldo akun dan pengungkapan).

Komponen risiko audit, diantaranya:


Inheren Risk (Risiko Bawaan)

Kerentanan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung, tanpa memperhitungkan pengendalian tersebut.

Peristiwa atau kondisi (internal atau eksternal) yang dapat menghasilkan salah saji (eror/fraud) dalam laporan keuangan. Sumber risiko (sering dikategorikan sebagai risiko bisnis atau risiko kecurangan dapat timbul karena tujuan entitas, sifat operasi/industri, lingkungan peraturan dimana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas.

Control Risk (Risiko Pengendalian)

Risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) dan bisa material, sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas.

Manajemen merancang pengendalian untuk memitigasi suatu faktor risiko tertentu. Suatu entitas menilai risikonya dan kemudian merancang dan mengimplementasi pengendalian yang tepat untuk mengurangi risk exposure sampai tingkat yang dapat diterima.

Pengendalian bisa bersifat pervasif atau spesifik

Pervasif, misalnya sikap manajemen terhadap pengendalian, komitmen untuk menggunakan tenaga kompeten dan mencegah fraud. Ini secara umum disebut entity-level controls (pengendalian di tingkat entitas).

Spesifik, ditujukan pada transaksi, sejak awal atau persiapan transaksi (initiation), pengolahan (processing), sampai pencatatan (recording). Ini disebut business process controls (pengendalian proses bisnis). Activity-level controls (pengendalian tingkat aktivitas), atau transaction controls (pengendalian transaksi).

Detection Risk (Risiko Pendeteksian)

Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara individu atau tergabung dengan salah saji lainnya.

Auditor meniai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Prosedur audit dibuat untuk menekan risiko audit ke tingkat yang rendah yang dapat diterima. Dalam menyusun prosedur audit ada pertimbangan mengenai potensi risiko karena: memilih prosedur audit yang tidak tepat, salah menerapkan prosedur audit, salah menafsirkan hasil dari prosedur audit.


A. MENILAI RISIKO/RISK ASSESSMENT




B. MENANGGAPI RISIKO/RISK RESPONSE

Dalam tahap ini, auditor diharapkan untuk:
  • Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo akun dan pengungkapan);
  • Mengembangkan prosedur audit responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi risiko yang dinilai.
Tanggapan auditor terhadap risiko yang dinilai atas risiko salah saji material, didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang:
  • Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan keuangan;
  • Menangani area laporan keuangan yang material;
  • Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi risiko salah saji material pada tingkat asersi.
Prosedur audit selanjutnya umumnya terdiri atas prosedur audit substantif, seperti uji rincian (test of details), prosedur analitikal (analytical procedures) dan uji pengendalian (test of controls).

Uji pengendalian lazimnya digunakan jika ada ekspektasi bahwa pengendalian tersebut berfungsi dengan efektif dalam periode barjalan.

Hal yang perlu dipertimbangkan auditor dalam merencanakan kombinasi prosedur audit yang tepat untuk menanggapi risiko, diantaranya:

1. Uji pengendalian

Identifikasi pengendalian intern yang relavan, yang akan diuji, dapat mengurangi lingkup prosedur substantif lainnya. Umumnya, jumlah sampel (sample size) dalam uji pengendalian jauh lebih sedikit dari jumlah sampel dalam uji substantif suatu arus transaksi. Dengan asumsi pengendalian intern yang relavan berfungsi secara efektif dan konsisten, serta kemungkinan terjadinya penyimpangan pengendalian (control deviation) sangat kecil, maka penggunaan uji pengendalian pada umumnya akan mengurangi jumlah pekerjaan audit. Namun, tidak ada keharusan untuk menguji berfungsinya pengendalian intern (langsung atau tidak langsung).

Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur substantif saja.

2. Prosedur Analitikal Substantif

Merupakan prosedur dimana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya penjualan) dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia. Ekspektasi atau perkiraan dibandingkan dengan jumlah (penjualan) sebenarnya seperti tercatat dalam pembukuan, dan selisihnya atau salah sajinya langsung teridentifikasi.

3. Pendadakan (Unpredictability)

Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukan unsur pendadakan (element of unpredictability atau element of surprise) dalam prosedur audit. Misalnya ketika menanggapi salah saji material karena kecurangan,
Contoh: kunjungan ke cabang untuk mengamati perhitungan persediaan, dilakukan tanpa pemberitahuan (unannounced). Entitas diberi tahu mengenai prosedur yang akan dilakukan sebelum akhir tahun, tanpa memberitahukan waktu dan cabang yang dikunjungi.

4. Management Override

Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit yang spesifik menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen untuk meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat “pengecualian”.

5. Significant Risks



C. PELAPORAN/REPORTING

Tahap terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yang diperlukan dan menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.

Dalam tahap ini sangatlah penting untuk menentukan:
  • Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang dinilai;
  • Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit, sudah tepat;
  • Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami;
  • Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai dengan tepat dan prosedur audit selanjutnya, sudah sebagaimana diwajibkan (ISAs).
Jika semua prosedur sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka:
  • Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan TCWG;
  • Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan auditor, harus dibuat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar