Selasa, 09 Agustus 2016

Audit Berbasis Risiko - Sesuai dengan ISA

Audit Berbasis Risiko


Ciri penting dari audit berbasis ISA adalah bahwa audit ini berbasis risiko (Risk Based Audit)

Tujuan Auditor dalam audit berbasis risiko

Dalam ISA 200.11 menjelaskan tujuan menyeluruh dari suatu audit :
  • Memperoleh asurans yang layak mengenai apakah laporan keuangan secara menyeluruh bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, untuk memungkinkan auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
  • Melaporkan mengenai laporan keuangan dan mengomunikasikan segala sesuatunya seperti yang diwajibkan ISA, sesuai dengan temuan auditor.

Berikut beberapa konsep dasar yang saling berkaitan mengenai makna “Audit berbasis risiko”

1. Reasonable assurance (Asurans yang layak)

Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi, tetapi bukan pada tingkat yang tinggi mutlak (absolute level of assurance)
Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan resiko audit.
Risiko audit adalah risiko dimana auditor memberikan opini yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara material. Auditor ingin menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima (to an acceptably low level)
Dengan bukti audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit, namun tidak mungkin sampai ke titik Nol, karena adanya kendala bawaan dalam setiap audit.
Auditor tidak dapat memberikan absolute assurance (asurans mutlak). Auditor menarik kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau pendapatnya kepada bukti-bukti audit. Dimana, kebanyakan bukti audit lebih bersifat persuasife (menguatkan) dan bukan conclusive (meyakinkan secara mutlak).

2.  Inherent limitation (Kendala bawaan)

Tabel berikut menyajikan secara singkat mengenai kendala bawaan (Inherent limitation) dalam penugasan audit.


3.  Audit scope (Lingkup audit)

Lazimnya, lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada menjawab pertanyaan : apakah laporan keuangan dibuat dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaoran keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi (unmodified auditor's report) atau opini wajar tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya bertahan entitas itu dimasa mendatang. WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas secara efektif dan efisien.

4. Material misstatement (Salah saji yang material)

Salah saji yang material (material misstatement) terjadi jika secara layak dapat diharapkan, akan mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.

Salah saji yang material bisa :
  • Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama. contoh: laporan keuangan mencantumkan pabrik senilai Rp. 10 Milyar. Pabrik itu tidak pernah dibangun atau dibeli. Laporan keuangan tersebut mengandung satu salah saji yang material. Laporan keuangan dapat juga berisi beberapa salah saji, yang secara agresif atau tergabung, berjumlah material
  • Berupa salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements), contohnya, yang ditemukan oleh auditor dan dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan dan diakui sebagai salah saji, namun kepala bagian pembukuan tidak bersedia mengoreksinya.
  • Berupa pengungkapan yang menyesatkan (misleading disclosures) dalam laporan keuangan atau pengungkapan yang tidak dicantumkan dalam laoran keuangan, ini salah saji yang material secara kualitatif. bandingkan dengan contoh yang sebelumnya merupakan salah saji yang material secata kuantitatif.
  • Berupa kesalahan (eror) atau kecurangan (fraud)
5. Assertion (Asersi)

Asersi (assertions) adalah pernyataan (representations) yang diberikan manajemen, secara eksplisit maupun implisit, yang tertanam didalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan.
Asersi berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai unsur laporan keuangan. yang dimaksud unsur laporan keuangan adalah angka-angka/jumlah dan pengungkapan.

Contoh, Asersi bahwa suatu (unsur laporan keuangan) sudah lengkap berkaitan dengan semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dibukukan, memang sudah dibukukan.
Asersi-asersi ini digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis kemungkinan salah saji yang bisa terjadi.












1 komentar: